B. 1. Latar Belakang Permasalahan
KETIKA
orang-orang Cina pertama kali menemukan teknik cetak
tinggi sederhana berupa stampel
pada abad ke-14, mungkin ketika itu tidak terbayangkan kalau perkembangan
teknik cetak
dewasa ini akan maju dengan sangat
pesat melebihi bayangan yang ada pertama kali ketika menemukan teknik
cetak pertama
tersebut.
Percetakan sendiri mungkin merupakan penemuan yang paling penting pada milenium
lalu, walaupun sebenarnya dampak yang ditimbulkannya pada perekonomian global
tidaklah
terlalu besar.
Pekembangan teknik cetak secara mekanik pun mengalami
pergeseran yang signifikan, mulai dari teknik cetak tinggi yang diperkenalkan
oleh Guttenberg (1440), temuan cetak lithografi sekitar tahun 1796 oleh Alois Senefelder ,
temuan cetak dalam : intaglio dan rotogravure dan sekarang ini teknik cetak
secara digital (digital printing).
Semua teknologi yang berkembang dari hari ke hari mendorong manusia untuk lebih
mudah mendapatkan informasi dari media yang berupa barang cetakan.
Berkaitan
dengan teknik cetak yang berkembang, sebuah teknik cetak memiliki keunikan dan
kelebihan tertentu dibandingkan dengan teknik cetak lainnya dan fungsinya
saling mendukung satu sama lain. Misalnya untuk commercial printing, kebanyakan orang lebih cenderung menggunakan
teknik cetak offset (pengembangan dari teknik cetak lithografi). Untuk numbering/numerasi, poly, emboss dan die cutting, kebanyakan orang lebih
cenderung menggunakan teknik cetak tingi (letterpress).
Untuk cetakan kemasan dengan high density
dan dalam olpah besar (dimana tidak dapat dilakukan dengan proses cetak
offset), digunakan teknik cetak rotogravure dan untuk mendapatkan hasil cetakan
dengan security feature yang optimal,
digunakan teknik cetak intaglio.
Dalam penulisan kali
ini, penulis mencoba mengulas tentang bagaimana alur kerja sistem pracetak pembuatan
acuan cetak plate intaglio dengan sistem konvensional (plastic moudling), yang terdapat di tempat bekerja penulis, yaitu
di Perum Peruri, Karawang.
B. 2. Landasan Teori
B.2.1 Prinsip Dasar Teknik Cetak Dalam
Cetak dalam adalah teknik cetak mencetak dimana bagian yang
mencetak lebih dalam dari permukaan tidak mencetak. Disebut cetak dalam karena tinta
yang berada pada bagian-bagian yang mencetak (image area) lebih rendah dari pada bagian yang tidak mencetak.
Teknik cetak ini termasuk teknik cetak langsung karena acuan cetak langsung
mengenai bahan yang akan dicetak dengan bantuan dari silinder tekan, berbeda
dengan cetak offset yang acuan cetaknya tidak langsung mengenai bahan cetak (dengan perantaraan kain karet).
Teknik cetak dalam dibagi menjadi dua jenis, yaitu rotogravure dan intaglio. Kedua teknik tersebut pada prinsipnya
adalah sama yaitu sama-sama teknik cetak dalam dimana bagian yang mencetak
lebih dalam dan yang tidak mencetak lebih tinggi. Keduanya dibedakan pada
pembuatan pelat cetaknya. Teknik rotogravure menggunakan raster dalam pembuatan
acuan cetaknya, sedangkan intaglio tidak menggunakan raster, tetapi dalam
pembuatan acuan cetak menggunakan sistem etsa. Pembawa bentuk gambar atau permukaan
cetak pada rotogravure umumnya terdiri dari silinder baja dengan lapisan luar
yang terbuat dari tembaga dimana bentuk gambar terdiri dari jutaan sel-sel
kecil dengan bermacam-macam kedalaman yang dihasilkan melalui proses
elektromechanical engraving. Intaglio Engraving, sebagai metode cetak sudah
dikembangkan sejak pertengahan abad 15, kemungkinan besar di Jerman. Contohnya
bisa ditemukan di hiasan senjata, baju zirah, alat musik, dan benda-benda
relijius.
Di dalam seni grafis, penggunaan engraving berbahan tembaga pertama kali diketahui
digunakan oleh Martin Schongauer. Sementara Albrecht Dürer adalah salah satu
seniman intaglio terkenal pada masanya. Pada abad 17 dan 18 teknik ini mencapai masa keemasannya dan
kadang bahkan dipakai untuk mereproduksi gambar-gambar potret. Banyak pula
ditemui perangko-perangko bernilai tinggi yang dicetak dengan teknik ini.
Proses pembuatan pelat cetak intaglio yang biasanya terbuat dari tembaga atau
seng digunakan sebagai bahan acuan utama, dan permukaan cetak dibentuk dengan
teknik etsa, engraving, drypoint, atau
mezzotint. Penggunaan pelat ini
dengan menyelimuti permukaan acuan dengan tinta, kemudian tinta di permukaan
yang tinggi dihapus dengan doctor
blade sehingga
yang tertinggal hanyalah tinta di bagian rendah. Kertas cetak kemudian ditekan
ke atas pelat intaglio sehingga tinta berpindah.
Etsa (chemical
etching) bisa disebut salah satu proses intaglio. Proses chemical etching memungkinkan kita untuk
menggunakan berbagai metal sebagai silinder, seperti zinc dan metal yang digunakan saat ini. Permukaan metal diberi soft resist, kemudian dikeruk lapisannya
sehingga larutan etching dapat mengetsa permukaannya. Proses manual ini sangat
membutuhkan ketelitian dan kesabaran yang tinggi, karena hasilnya sangat dipengaruhi oleh
yang melakukan pekerjaan etsa. Berbeda dengan engraving,
di dalam etsa pembentukan bagian rendah dilakukan dengan korosi senyawa asam
sementara engraving menggunakan alat-alat mekanik untuk mendapatkan efek yang
sama.
Mesin ukir (engraving
machine) yang bekerjanya secara elektronis untuk membuat klise garis maupun
raster, pertama kali dibuat oleh Faieschild pada tahun 1948. Pada tahun 1953
Hell Company di Jerman mulai memproduksi secara massal dengan “Klischograph”. Cara kerjanya : model
diletakkan di atas sebuah meja yang dapat diposisikan ke bahan yang akan diukir (berupa plastik). Bagian belakang meja memuat model
asli (bukan transparan). Model asli disinari dari belakang dan titik demi titik
di-scan. Cahaya yang dipantulkan diperkuat (amplified) dan kemudian diterjemahkan (decoding) oleh scorper (semacam pisau kecil). Scorper ini
”mengikis“ bagian-bagian yang tidak akan mencetak. Kecepatan scorper bergerak
naik turun setiap cm dapat ditentukan, sehingga dapat menentukan lebar raster
dan tingkat kekontrasan warna sesuai
keinginan pembuatnya. Bahkan ada kemungkinan untuk
memperbaiki atau meningkatkan ketajaman
raster dari sebuah gambar.
Mesin ukir berikutnya adalah Varioklischograph. Pengecilan dan pembesaran objek yang akan direproduksi dapat dikerjakan. Teknologi ini bisa mereproduksi lembaran transparan-positif sebagai master-nya. Teknologi
dari mesin ini memungkinkan dilakukannya pemisahan warna dengan menggunakan filter-filter seperi yang terdapat pada proses
fotografi-reproduksi. Proses engraving (mechanical engraving) dikembangkan lagi sekitar tahun
1960 di Jerman dengan menggunakan copper
yang diukir dengan menggunakan berlian sebagai mata pisaunya. Proses pembuatannya dikendalikan
komputer yang mengubah informasi yang dibaca menjadi getaran listrik yang
disalurkan ke satu atau lebih silinder gravure. Berdasarkan dari kekuatan
getaran listrik, engraving head akan mengukir silinder dengan
kedalaman sel sumur raster yang berbeda-beda . Perbedaan kedalaman sel tersebut akan
mempengaruhi perbedaan banyak sedikitnya tinta yang diambil. Sel yang dangkal
akan menghasilkan warna yang cerah (highlight), sedangkan sel yang dalam akan menghasilkan warna yang gelap (shadow). Pada saat yang bersamaan dengan
dikembangkannya proses mechanical
engraving, sistem pelat photopolymer untuk rotogravure/intaglio juga dikembangkan. Demikian
juga sistem computer-to cylinder. Dari pengembangan selanjutnya, diperkenalkan sistem direct
digital laser etching. Semua
sistem yang dikembangkan memiliki harapan yang sama, yaitu akan mengurangi biaya pembuatan silinder rotogravure.
B. 2. 1. 1 Teknik Cetak Rotogravure
Rotogravure adalah salah satu teknologi dalam dunia percetakan. Rotogravure sendiri dalam dunia grafika
berarti cetak dalam. Masyarakat awam lebih
mengenalnya sebagai
teknologi cetak yang biasa digunakan untuk mencetak media yang terbuat dari
bahan yang fleksibel, misalnya : berbagai jenis plastik, alumunium dan
kertas serta PVC. Bahan yang akan dicetak bisa dalam bentuk rol atau gulungan. Hasil
dari cetakan rotogravure untuk kemasan tidak langsung dapat digunakan sebagai
media pengemasan,
tetapi harus melalui beberapa tahap, sebagai berikut :
1. Plastik hasil cetakan dilaminasi terlebih
dahulu dengan menempatkan rol yang telah dicetak ke mesin laminasi, kemudian
plastik rol tersebut dilapisi dengan bahan perekat dan ditempelkan ke media
lain berupa metalize (campuran antara
bahan plastik yang dilapisi dengan alumunium).
- Hasil rol yang telah dilaminasi kemudian dikeringkan (di-aging) terlebih
dahulu.
3. Rol yang telah dikeringkan kemudian dibawa
ke mesin slitter, untuk memotong gulungan panjang dan lebar
menjadi ukuran tertentu sesuai dengan spesifikasi pesanan dari produsen makanan ringan.
Proses tersebut diatas hanya gambaran singkat saja,
dibalik itu masih banyak sekali teknologi yang digunakan dalam dunia
rotogravure untuk menghasilkan suatu kemasan. Mulai dari desain, pembuatan
tabung silinder dari besi, pelapisan tembaga, pembuatan gambar diatas silinder
besi yang telah dilapis tembaga, pelapisan chrome,
pencetakan, inspeksi, laminasi, slitting, pembuatan kantong (kalau memang ordernya
terkirim dalam
bentuk kantong) serta masih banyak lagi proses didalamnya.
Karena dalam prosesnya merubah bentuk bahan dasar
menjadi bahan jadi, biasanya proses ini dinamakan proses converting atau
dengan kata lain adalah converting
industry.
Adapun
beberapa contoh sehari-hari dari hasil converting
adalah sebagai berikut :
1.
Kemasan mi instan,
2.
Kemasan obat-obatan (selain kapsulnya dan syrup serta tetes mata),
3. Kemasan makanan ringan,
4.
Kemasan label botol air mineral dan air isotonik (shrink label),
5.
Tutup gelas minuman air mineral (lid cup),
6.
Dan sejenisnya
Rotogravure
dapat juga digunakan untuk memproduksi majalah, folding box, gift wrapp
dan label minuman yang dengan peralatan khusus dapat dikerjakan in line. Kelebihan rotogravure
dibandingkan dengan proses printing lainnya adalah dapat digunakan untuk
mencetak dalam roll dengan lebar mulai dari 20 cm (labeling) hingga
1100 cm (floor vinyl) dengan panjang
lebih dari 5000 meter tergantung material yang digunakan.
Demikian juga jenis material yang digunakan sangat bervariasi, mulai dari
plastik film 12 mc
hingga karton 320 gsm. Sedangkan kelemahan dari rotogravure adalah, kualitas
gambar tidak setajam offset dan teks terbentuk dari susunan dot.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Prinsip Cetak Rotogravure
|
|
Keterangan:
a. Bak tinta
b. Tinta cetak
c. Silinder gravure
d. Bahan cetak
e. Silinder tekan
f. Penampang acuan cetak
g. Doctor blade /
Rakel
B. 2. 1. 2 Teknik Cetak Intaglio
Intaglio adalah teknik cetak dengan prinsip penggoresan imaji ke atas permukaan. Pada mulanya tembaga atau seng digunakan sebagai bahan acuan utama
pembuatan pelat dan permukaan cetak dibentuk dengan teknik etsa, engraving, drypoint,
atau mezzotint. Proses cetak dengan menggunakan teknik sederhana ini dengan cara menyelimuti permukaan acuan pelat
dengan
tinta, kemudian tinta di permukaan yang tinggi dihapus dengan kain tarlatan atau kertas koran sehingga yang tertinggal hanyalah tinta di
bagian rendah. Kertas cetak kemudian ditekan ke atas pelat intaglio sehingga
tinta berpindah.
Etsa bisa disebut salah
satu proses intaglio. Berbeda dengan engraving, di dalam etsa
pembentukan bagian rendah dilakukan dengan korosi senyawa asam sementara
engraving menggunakan alat-alat mekanik untuk mendapatkan efek yang sama.
Teknik
intaglio banyak digunakan untuk pencetakan uang kertas, surat-surat berharga,
dan paspor.
Dalam pembahasan
selanjutnya, penulis akan memberikan gambaran tentang bagaimana plate intaglio
dibuat dengan system plastic moulding.
Pre
Press Chart process
a. Design
dept
Bagian
ini merupakan departemen yang bertugas untuk membuat karya seni yang bukan
hanya berupa design tetapi juga menempatkan fitur-fitur sekuriti untuk
designnya sendiri. Untuk plate intaglio, gambar portrait direduplikasi kembali menjadi lines art. Biasanya dilakukan secara manual dan dengan pembesaran
tertentu. Setelah desain portrait selesai dibuat, dilakukan pembuatan single note intaglio plate dimana gambar
portrait tersebut mengalami proses redrawing
pada selembar baja dengan menggunakan teknik cukil (manual engrave process) dengan menggunakan alat cukil khusus,
blonir dan alat bantu lainnya. Dibutuhkan keterampilan yang luar biasa untuk
dapat melakukan proses ini. Dibutuhkan waktu yang relatif lama yakni 3 – 6
bulan (tergantung dari keterampilan sang artistic)
untuk dapat membuat single note intaglio
plate dengan kedalaman gravure yang diinginkan.
Kedalaman gravure dalam proses pembuatan single note intaglio plate ini sangat
menetukan terhadap hasil pembuatan lembaran plate intaglio siap cetak pada alur
kerja selanjutnya. Single note intaglio
plate yang dihasilkan akan menjadi matris master
dalam proses pembuatan pelat dengan system
plastic moulding. Apabila terdapat cacat atau kedalaman gravure yang kurang maksimal, maka output lembaran plate intaglio hasil
reduplikasi Galvano electroplating
juga tidak akan maksimal, akibatnya cetakan yang dihasilkan pun memiliki
kualitas yang rendah.
Oleh karenanya, proses pembuatan single note intaglio plate ini selain
memakan waktu yang lama juga membutuhkan quality
control yang ketat, sehingga hasil gravure-nya menjadi maksimal mengingat row material untuk proses pembuatannya
relatif mahal.
Plastic moudling process
Setelah single
note intaglio plate berhasil dibuat, gravure hasil dari proses pembuatannya tersebut masih berupa matris. Matris pada single note tersebut kemudian di-copy menjadi patris dengan menggunakan teknik plastik moudling. Teknik plastic
moudling sebenarnya hanyalah perantara proses, dimana konsep pembuatan pelat intaglio dari single note hingga menjadi lembaran pelat
adalah matris – patris – matris.
Plastik tersebut di-press kelembaran Single note intaglio plate satu per satu. Setelah
jadi, kemudian plastic matris tersebut di-layout
menjadi selembar layer sesuai dengan
jumlah bilyet yang diinginkan (biasanya berjumlah 45 lembar atau 50 lembar).
Plastic yang sudah dilayout tersebut haruslah bersifat konduktor (dapat
menghantarkan aliran listrik). Setelah proses layout selesai, layer plastic moudling siap untuk masuk
dalam tahapan proses selanjutnya yaitu proses Galvano Electroplating.
|
|
Proses Plastic Modling Press Manual
|
|
b. Galvano
Electroplating
Tahap ini sama seperti tahapan plate making dalam pre press
commercial offset. Hanya saja, tahapan ini memproduksi plate intaglio dengan sistem galvanonisasi.
Dalam proses galvano, layer plastic moudling yang sudah siap direndam dalam larutan electrolisa yang mengandung nickel. Layer tersebut direndam selama 24 jam
(tergantung dari kejenuhan larutan) dengan menghubungkan 2 kutub anoda dan
katoda yang diberi aliran listrik searah. Layer
plastic modling diletakkan diantara dua kutub anoda dan katoda tersebut.
Ion-ion nickel akan berpindah dari kutub negatif ke positif. Sebagian ion-ion tersebut
akan menempel pada layer plastic moudling
karena sifatnya yang konduktor. Ion-ion yang menempel tersebut kemudian
mengeras dan membentuk lapisan nickel keras berupa lembaran. Patris pada layer plastic moudling akan membentuk
matris pada plate nickel untuk selanjutnya menjadi gravure dengan kedalaman
tertentu sesuai dengan kedalaman gravure pada single note intaglio plate yang
dibuat secara manual.
Lebaran plate nickel yang sudah jadi kemudian di grinding sesuai dengan ketebalan tertentu
dan pada bagian muka/image,
untuk selanjutnya diberi lapisan chrome. Ketebalan lembaran plate yang sudah di grinding dan diberi
lapisan chrome memiliki tebal standar 1,75 mm
dengan hardness 180-200 (sesuai
dengan standar KBA). Chrome selain
berfungsi sebagai pengeras, juga berfungsi untuk mengurangi gesekan antara
plate dengan wiping cylinder pada
proses pencetakan di mesin intaglio.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Lembaran Plate Siap Pakai
|
|
Lembaran plate yang sudah jadi kemudian diberi pin hole untuk memudahkan pemasangan
pada cylinder plate mesin intaglio.
Setelah proses pelubangan selesai, plate dibawa ke departemen Laboratorium untuk diuji secara fisik
dan mekanis. Hal ini dilakukan sebagai inspeksi awal agar plate yang akan
digunakan dan dipasang pada mesin intaglio adalah plate yang sesuai dengan
spesifikasi standar.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Plate Yang
Terpasang pada Mesin Intaglio
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Work Flow dalam pembuatan
Plate intaglio
|
|
B. 3. Fakta dan Data
Berikut ini beberapa data yang berhasil penulis
kumpulkan :
Data Pelat Cetak Intaglio berdasarkan standarisasi LAB :
Bahan : Nickel - Chrome.
Ukuran :
Tebal : 1.75 milimeter.
Kedalaman Raster : 20 - 80 micron.
Hardness : 160 - 200 derajat hardness.
Jumlah Bilyet : 45 bilyet - 50 bilyet.
Standar Oplah : 6.000.000 lintas cetak.
Penutup dan kesimpulan
Teknologi
yang berkembang dewasa ini, pembuatan plate intaglio sudah tidak lagi
menggunakan metode plastic moudling melainkan menggunakan CtIP (Computer to Intaglio Plate) dimana penggunaannya lebih hemat
dan efisien dalam segi waktu dan mengurangi kemungkinan kerusakan pada saat
pembuatan patris layer plastic moudling.
Namun sebagai bagian dari proses perkembangan pembuatan acuan cetak intaglio, system plastic moudling tetap harus
dipelihara dan dipelajari karena intaglio merupakan sebuah bagian dari “seni”
cetak yang memiliki keunggulan dan keunikan tersendiri.
Dengan
keunggulan dalam segi security feature,
diharapkan intaglio tetap menjadi teknik cetak khusus yang terus dapat
menyaingi teknik cetak digital yang berkembang secara pesat pada saat sekarang
ini.
Daftar
Pustaka :
Observasi
pada unit Galvano, Perum Peruri,
Karawang.
Interview : Bpk. Fathul Rachmad (Operator
tingkat IV, Seksi Cetak Dalam), Sdr. Mukti
Dwi P (standarisasi, departemen LAB).
Modul
Rotogravure, Ir. Syafiudin K.
Internet : http// wapedia.mobi/id/Intaglio.
BUREAU OF ENGRAVING AND PRINTING, How money is made (youtube_FLV video) http//youtube.com.
How To
Make Intaglio Plate (Youtube_FLV
Video) http//youtube.com.