Total Pageviews

Monday, November 21, 2011

Industri Pengemasan Kesulitan Bahan Baku

JAKARTA - Industri pengemasan nasional kesulitan karena harga bahan baku plastik naik tak menentu. Meskipun bahan baku kemasan sudah ada yang diproduksi di dalam negeri, menurut Ketua Federasi Pengemasan Indonesia Henky Wibawa, kebutuhan impor juga masih tinggi.
Harga bahan baku plastik dan kertas, kata dia, masing-masing bisa melonjak hingga 80 persen dan 60 persen. Padahal tarif impor untuk bahan baku sampai saat ini bervariasi, mulai 0 hingga 20 persen.
Adapun fluktuasi harga ba-han baku ini bergantung pada harga stok pangan serta kecenderungan permintaan dan pena-waran. Selain itu, tingginya tingkat bunga dan pajak serta rendahnya nilai tukar rupiah dikeluhkan.
Kaftna itu, menurut dia, industri harus bisa kreatif membuat kemasan murah tanpa mengubah fungsi dan kualitas. "Bisa dengan penggunaan teknologi mesin," kata dia kemarin.
Bila tidak mengantisipasi hal tersebut, Henky menilai pertumbuhan industri bisa stagnan karena masih ada kendala infrastruktur dan logistik, serta serbuan produk impor serupa dari Cina setelah perdagangan bebas dibuka.
Industri kemasan diproyeksikan tumbuh 7 persen. Dibanding pada 2005, saat industri initumbuh 12 persen, kinerja tahun ini sedikit melambat meski nilai penjualannya tetap meningkat.
Dalam dua-tiga tahun ke depan, kata Henky, industri bisa kembali berekspansi 10-15 persen per tahun seiring dengan booming-nya sektor retail dan kesiapan bersaing dengan produk impor. Ia memperkirakan nilai penjualan tahun ini bakal mencapai US$ 4,6 miliar, naik ketimbang kinerja tahun lalu, yang sebesar US$ 4,1 miliar.
Saat ini flexible packaging (kemasan lentur) mendominasi pasar hingga 40 persen, disusul pengemasan berbahan paper-board sekitar 31 persen.
R0SUJMI UMM WOM

No comments:

Post a Comment