Total Pageviews

Sunday, March 4, 2012

sB. 1. Latar Belakang Permasalahan
KETIKA orang-orang Cina pertama kali menemukan teknik cetak tinggi sederhana berupa stampel pada abad ke-14, mungkin ketika itu tidak terbayangkan kalau perkembangan teknik cetak dewasa ini akan maju dengan sangat pesat melebihi bayangan yang ada pertama kali ketika menemukan teknik cetak pertama tersebut. Perce
takan sendiri mungkin merupakan penemuan yang paling penting pada milenium lalu, walaupun sebenarnya dampak yang ditimbulkannya pada perekonomian global tidaklah terlalu besar.
Pekembangan teknik cetak secara mekanik pun mengalami pergeseran yang signifikan, mulai dari teknik cetak tinggi yang diperkenalkan oleh Guttenberg (1440), temuan cetak lithografi sekitar tahun 1796 oleh Alois Senefelder , temuan cetak dalam : intaglio dan rotogravure dan sekarang ini teknik cetak secara digital (digital printing). Semua teknologi yang berkembang dari hari ke hari mendorong manusia untuk lebih mudah mendapatkan informasi dari media yang berupa barang cetakan.
Berkaitan dengan teknik cetak yang berkembang, sebuah teknik cetak memiliki keunikan dan kelebihan tertentu dibandingkan dengan teknik cetak lainnya dan fungsinya saling mendukung satu sama lain. Misalnya untuk commercial printing, kebanyakan orang lebih cenderung menggunakan teknik cetak offset (pengembangan dari teknik cetak lithografi). Untuk numbering/numerasi, poly, emboss dan die cutting, kebanyakan orang lebih cenderung menggunakan teknik cetak tingi (letterpress). Untuk cetakan kemasan dengan high density dan dalam olpah besar (dimana tidak dapat dilakukan dengan proses cetak offset), digunakan teknik cetak rotogravure dan untuk mendapatkan hasil cetakan dengan security feature yang optimal, digunakan teknik cetak intaglio.
Dalam penulisan kali ini, penulis mencoba mengulas tentang bagaimana alur kerja sistem pracetak pembuatan acuan cetak plate intaglio dengan sistem konvensional (plastic moudling), yang terdapat di tempat bekerja penulis, yaitu di Perum Peruri, Karawang.



B. 2. Landasan Teori
B.2.1 Prinsip Dasar Teknik Cetak Dalam
Cetak dalam adalah teknik cetak mencetak dimana bagian yang mencetak lebih dalam dari permukaan tidak mencetak. Disebut cetak dalam karena tinta yang berada pada bagian-bagian yang mencetak (image area) lebih rendah dari pada bagian yang tidak mencetak. Teknik cetak ini termasuk teknik cetak langsung karena acuan cetak langsung mengenai bahan yang akan dicetak dengan bantuan dari silinder tekan, berbeda dengan cetak offset yang acuan cetaknya tidak langsung mengenai bahan cetak (dengan perantaraan kain karet).
Teknik cetak dalam dibagi menjadi dua jenis, yaitu rotogravure dan intaglio. Kedua teknik tersebut pada prinsipnya adalah sama yaitu sama-sama teknik cetak dalam dimana bagian yang mencetak lebih dalam dan yang tidak mencetak lebih tinggi. Keduanya dibedakan pada pembuatan pelat cetaknya. Teknik rotogravure menggunakan raster dalam pembuatan acuan cetaknya, sedangkan intaglio tidak menggunakan raster, tetapi dalam pembuatan acuan cetak menggunakan sistem etsa. Pembawa bentuk gambar atau permukaan cetak pada rotogravure umumnya terdiri dari silinder baja dengan lapisan luar yang terbuat dari tembaga dimana bentuk gambar terdiri dari jutaan sel-sel kecil dengan bermacam-macam kedalaman yang dihasilkan melalui proses elektromechanical engraving. Intaglio Engraving, sebagai metode cetak sudah dikembangkan sejak pertengahan abad 15, kemungkinan besar di Jerman. Contohnya bisa ditemukan di hiasan senjata, baju zirah, alat musik, dan benda-benda relijius.
Di dalam seni grafis, penggunaan engraving berbahan tembaga pertama kali diketahui digunakan oleh Martin Schongauer. Sementara Albrecht Dürer adalah salah satu seniman intaglio terkenal pada masanya. Pada abad 17 dan 18 teknik ini mencapai masa keemasannya dan kadang bahkan dipakai untuk mereproduksi gambar-gambar potret. Banyak pula ditemui perangko-perangko bernilai tinggi yang dicetak dengan teknik ini. Proses pembuatan pelat cetak intaglio yang biasanya terbuat dari tembaga atau seng digunakan sebagai bahan acuan utama, dan permukaan cetak dibentuk dengan teknik etsa, engraving, drypoint, atau mezzotint. Penggunaan pelat ini dengan menyelimuti permukaan acuan dengan tinta, kemudian tinta di permukaan yang tinggi dihapus dengan doctor blade sehingga yang tertinggal hanyalah tinta di bagian rendah. Kertas cetak kemudian ditekan ke atas pelat intaglio sehingga tinta berpindah.
Etsa (chemical etching) bisa disebut salah satu proses intaglio. Proses chemical etching memungkinkan kita untuk menggunakan berbagai metal sebagai silinder, seperti zinc dan metal yang digunakan saat ini. Permukaan metal diberi soft resist, kemudian dikeruk lapisannya sehingga larutan etching dapat mengetsa permukaannya. Proses manual ini sangat membutuhkan ketelitian dan kesabaran yang tinggi, karena hasilnya sangat dipengaruhi oleh yang melakukan pekerjaan etsa. Berbeda dengan engraving, di dalam etsa pembentukan bagian rendah dilakukan dengan korosi senyawa asam sementara engraving menggunakan alat-alat mekanik untuk mendapatkan efek yang sama.
Mesin ukir (engraving machine) yang bekerjanya secara elektronis untuk membuat klise garis maupun raster, pertama kali dibuat oleh Faieschild pada tahun 1948. Pada tahun 1953 Hell Company di Jerman mulai memproduksi secara massal dengan “Klischograph”. Cara kerjanya : model diletakkan di atas sebuah meja yang dapat diposisikan ke bahan yang akan diukir (berupa plastik). Bagian belakang meja memuat model asli (bukan transparan). Model asli disinari dari belakang dan titik demi titik di-scan. Cahaya yang dipantulkan diperkuat (amplified) dan kemudian diterjemahkan (decoding) oleh scorper (semacam pisau kecil). Scorper ini ”mengikis“ bagian-bagian yang tidak akan mencetak. Kecepatan scorper bergerak naik turun setiap cm dapat ditentukan, sehingga dapat menentukan lebar raster dan tingkat kekontrasan warna sesuai keinginan pembuatnya. Bahkan ada kemungkinan untuk memperbaiki atau meningkatkan ketajaman raster dari sebuah gambar.
Mesin ukir berikutnya adalah Varioklischograph. Pengecilan dan pembesaran objek yang akan direproduksi dapat dikerjakan.  Teknologi ini bisa mereproduksi lembaran transparan-positif sebagai master-nya. Teknologi dari mesin ini memungkinkan dilakukannya pemisahan warna dengan menggunakan filter-filter seperi yang terdapat pada proses fotografi-reproduksi. Proses engraving (mechanical engraving) dikembangkan lagi sekitar tahun 1960 di Jerman dengan menggunakan copper yang diukir dengan menggunakan berlian sebagai mata pisaunya. Proses pembuatannya dikendalikan komputer yang mengubah informasi yang dibaca menjadi getaran listrik yang disalurkan ke satu atau lebih silinder gravure. Berdasarkan dari kekuatan getaran listrik, engraving head akan mengukir silinder dengan kedalaman sel sumur raster yang berbeda-beda . Perbedaan kedalaman sel tersebut akan mempengaruhi perbedaan banyak sedikitnya tinta yang diambil. Sel yang dangkal akan menghasilkan warna yang cerah (highlight), sedangkan sel yang dalam akan menghasilkan warna yang gelap (shadow). Pada saat yang bersamaan dengan dikembangkannya proses mechanical engraving, sistem pelat photopolymer untuk rotogravure/intaglio juga dikembangkan. Demikian juga sistem computer-to cylinder. Dari pengembangan selanjutnya, diperkenalkan sistem direct digital laser etching. Semua sistem yang dikembangkan memiliki harapan yang sama, yaitu akan mengurangi biaya pembuatan silinder rotogravure.


B. 2. 1. 1 Teknik Cetak Rotogravure
Rotogravure adalah salah satu teknologi dalam dunia percetakan. Rotogravure sendiri dalam dunia grafika berarti cetak dalam. Masyarakat awam lebih mengenalnya sebagai teknologi cetak yang biasa digunakan untuk mencetak media yang terbuat dari bahan yang fleksibel, misalnya : berbagai jenis plastik, alumunium dan kertas serta PVC. Bahan yang akan dicetak bisa dalam bentuk rol atau gulungan. Hasil dari cetakan rotogravure untuk kemasan tidak langsung dapat digunakan sebagai media pengemasan, tetapi harus melalui beberapa tahap, sebagai berikut :
1.    Plastik hasil cetakan dilaminasi terlebih dahulu dengan menempatkan rol yang telah dicetak ke mesin laminasi, kemudian plastik rol tersebut dilapisi dengan bahan perekat dan ditempelkan ke media lain berupa metalize (campuran antara bahan plastik yang dilapisi dengan alumunium).
2.    Hasil rol yang telah dilaminasi kemudian dikeringkan (di-aging) terlebih dahulu.
3.    Rol yang telah dikeringkan kemudian dibawa ke mesin slitter, untuk memotong gulungan panjang dan lebar menjadi ukuran tertentu sesuai dengan spesifikasi pesanan dari produsen makanan ringan.
Proses tersebut diatas hanya gambaran singkat saja, dibalik itu masih banyak sekali teknologi yang digunakan dalam dunia rotogravure untuk menghasilkan suatu kemasan. Mulai dari desain, pembuatan tabung silinder dari besi, pelapisan tembaga, pembuatan gambar diatas silinder besi yang telah dilapis tembaga, pelapisan chrome, pencetakan, inspeksi, laminasi, slitting, pembuatan kantong (kalau memang ordernya terkirim dalam bentuk kantong) serta masih banyak lagi proses didalamnya.
Karena dalam prosesnya merubah bentuk bahan dasar menjadi bahan jadi, biasanya proses ini dinamakan proses converting atau dengan kata lain adalah converting industry.
Adapun beberapa contoh sehari-hari dari hasil converting adalah sebagai berikut :
1. Kemasan mi instan,
2. Kemasan obat-obatan (selain kapsulnya dan syrup serta tetes mata),
 3. Kemasan makanan ringan,
4. Kemasan label botol air mineral dan air isotonik (shrink label),
5. Tutup gelas minuman air mineral (lid cup),
6. Dan sejenisnya
Rotogravure dapat juga digunakan untuk memproduksi majalah, folding box, gift wrapp dan label minuman yang dengan peralatan khusus dapat dikerjakan in line. Kelebihan rotogravure dibandingkan dengan proses printing lainnya adalah dapat digunakan untuk mencetak dalam roll dengan lebar mulai dari 20 cm (labeling) hingga 1100 cm (floor vinyl) dengan panjang lebih dari 5000 meter tergantung material yang digunakan. Demikian juga jenis material yang digunakan sangat bervariasi, mulai dari plastik film 12 mc hingga karton 320 gsm. Sedangkan kelemahan dari rotogravure adalah, kualitas gambar tidak setajam offset dan teks terbentuk dari susunan dot.





Keterangan:
a. Bak tinta
b. Tinta cetak
c. Silinder gravure
d. Bahan cetak
e. Silinder tekan
f. Penampang acuan cetak
g. Doctor blade / Rakel

B. 2. 1. 2 Teknik Cetak Intaglio
Intaglio adalah teknik cetak dengan prinsip penggoresan imaji ke atas permukaan. Pada mulanya tembaga atau seng digunakan sebagai bahan acuan utama pembuatan pelat dan permukaan cetak dibentuk dengan teknik etsa, engraving, drypoint, atau mezzotint. Proses cetak dengan menggunakan teknik sederhana ini dengan cara menyelimuti permukaan acuan pelat dengan tinta, kemudian tinta di permukaan yang tinggi dihapus dengan kain tarlatan atau kertas koran sehingga yang tertinggal hanyalah tinta di bagian rendah. Kertas cetak kemudian ditekan ke atas pelat intaglio sehingga tinta berpindah.
Etsa bisa disebut salah satu proses intaglio. Berbeda dengan engraving, di dalam etsa pembentukan bagian rendah dilakukan dengan korosi senyawa asam sementara engraving menggunakan alat-alat mekanik untuk mendapatkan efek yang sama. Teknik intaglio banyak digunakan untuk pencetakan uang kertas, surat-surat berharga, dan paspor.





Dalam pembahasan selanjutnya, penulis akan memberikan gambaran tentang bagaimana plate intaglio dibuat dengan system plastic moulding.
Pre Press Chart process
a.    Design dept
Bagian ini merupakan departemen yang bertugas untuk membuat karya seni yang bukan hanya berupa design tetapi juga menempatkan fitur-fitur sekuriti untuk designnya sendiri. Untuk plate intaglio, gambar portrait direduplikasi kembali menjadi lines art. Biasanya dilakukan secara manual dan dengan pembesaran tertentu. Setelah desain portrait selesai dibuat, dilakukan pembuatan single note intaglio plate dimana gambar portrait tersebut mengalami proses redrawing pada selembar baja dengan menggunakan teknik cukil (manual engrave process) dengan menggunakan alat cukil khusus, blonir dan alat bantu lainnya. Dibutuhkan keterampilan yang luar biasa untuk dapat melakukan proses ini. Dibutuhkan waktu yang relatif lama yakni 3 – 6 bulan (tergantung dari keterampilan sang artistic) untuk dapat membuat single note intaglio plate dengan kedalaman gravure yang diinginkan.
Kedalaman gravure dalam proses pembuatan single note intaglio plate ini sangat menetukan terhadap hasil pembuatan lembaran plate intaglio siap cetak pada alur kerja selanjutnya. Single note intaglio plate yang dihasilkan akan menjadi matris master dalam proses pembuatan pelat dengan system plastic moulding. Apabila terdapat cacat atau kedalaman gravure yang kurang maksimal, maka output lembaran plate intaglio hasil reduplikasi Galvano electroplating juga tidak akan maksimal, akibatnya cetakan yang dihasilkan pun memiliki kualitas yang rendah.








Oleh karenanya, proses pembuatan single note intaglio plate ini selain memakan waktu yang lama juga membutuhkan quality control yang ketat, sehingga hasil gravure-nya menjadi maksimal mengingat row material untuk proses pembuatannya relatif mahal.
Plastic moudling process
Setelah single note intaglio plate berhasil dibuat, gravure  hasil dari proses pembuatannya tersebut masih berupa matris. Matris pada single note tersebut kemudian di-copy menjadi patris dengan menggunakan teknik plastik moudling. Teknik plastic moudling sebenarnya hanyalah perantara proses, dimana konsep pembuatan pelat intaglio dari single note hingga menjadi lembaran pelat adalah matris – patris – matris.
Plastik tersebut di-press kelembaran Single note intaglio plate satu per satu. Setelah jadi, kemudian plastic matris tersebut di-layout menjadi selembar layer sesuai dengan jumlah bilyet yang diinginkan (biasanya berjumlah 45 lembar atau 50 lembar). Plastic yang sudah dilayout tersebut haruslah bersifat konduktor (dapat menghantarkan aliran listrik). Setelah proses layout selesai, layer plastic moudling siap untuk masuk dalam tahapan proses selanjutnya yaitu proses Galvano Electroplating.





b.    Galvano Electroplating
Tahap ini sama seperti tahapan plate making dalam pre press commercial offset. Hanya saja, tahapan ini memproduksi plate intaglio dengan sistem galvanonisasi.
Dalam proses galvano, layer plastic moudling yang sudah siap direndam dalam larutan electrolisa yang mengandung nickel. Layer tersebut direndam selama 24 jam (tergantung dari kejenuhan larutan) dengan menghubungkan 2 kutub anoda dan katoda yang diberi aliran listrik searah. Layer plastic modling diletakkan diantara dua kutub anoda dan katoda tersebut. Ion-ion nickel akan berpindah dari kutub negatif ke positif. Sebagian ion-ion tersebut akan menempel pada layer plastic moudling karena sifatnya yang konduktor. Ion-ion yang menempel tersebut kemudian mengeras dan membentuk lapisan nickel keras berupa lembaran. Patris pada layer plastic moudling akan membentuk matris pada plate nickel untuk selanjutnya menjadi gravure dengan kedalaman tertentu sesuai dengan kedalaman gravure pada single note intaglio plate yang dibuat secara manual.
Lebaran plate nickel yang sudah jadi kemudian di grinding sesuai dengan ketebalan tertentu dan pada bagian muka/image, untuk selanjutnya diberi lapisan chrome. Ketebalan lembaran plate yang sudah di grinding dan diberi lapisan chrome memiliki tebal standar 1,75 mm dengan hardness 180-200 (sesuai dengan standar KBA). Chrome selain berfungsi sebagai pengeras, juga berfungsi untuk mengurangi gesekan antara plate dengan wiping cylinder pada proses pencetakan di mesin intaglio.









Lembaran plate yang sudah jadi kemudian diberi pin hole untuk memudahkan pemasangan pada cylinder plate mesin intaglio. Setelah proses pelubangan selesai, plate dibawa ke departemen Laboratorium untuk diuji secara fisik dan mekanis. Hal ini dilakukan sebagai inspeksi awal agar plate yang akan digunakan dan dipasang pada mesin intaglio adalah plate yang sesuai dengan spesifikasi standar.














B. 3. Fakta dan Data
Berikut ini beberapa data yang berhasil penulis kumpulkan :
Data Pelat Cetak Intaglio berdasarkan standarisasi LAB :
Bahan    :    Nickel - Chrome.
Ukuran    :   
Tebal    :    1.75 milimeter.
Kedalaman Raster    :    20 - 80 micron.
Hardness    :    160 - 200 derajat hardness.
Jumlah Bilyet    :    45 bilyet - 50 bilyet.
Standar Oplah    :    6.000.000 lintas cetak.

Penutup dan kesimpulan
Teknologi yang berkembang dewasa ini, pembuatan plate intaglio sudah tidak lagi menggunakan metode plastic moudling melainkan menggunakan CtIP (Computer to Intaglio Plate) dimana penggunaannya lebih hemat dan efisien dalam segi waktu dan mengurangi kemungkinan kerusakan pada saat pembuatan patris layer plastic moudling. Namun sebagai bagian dari proses perkembangan pembuatan acuan cetak intaglio, system plastic moudling tetap harus dipelihara dan dipelajari karena intaglio merupakan sebuah bagian dari “seni” cetak yang memiliki keunggulan dan keunikan tersendiri.
Dengan keunggulan dalam segi security feature, diharapkan intaglio tetap menjadi teknik cetak khusus yang terus dapat menyaingi teknik cetak digital yang berkembang secara pesat pada saat sekarang ini.

Daftar Pustaka :
Observasi pada unit Galvano, Perum Peruri, Karawang.
Interview : Bpk. Fathul Rachmad (Operator tingkat IV, Seksi Cetak Dalam), Sdr. Mukti Dwi P (standarisasi, departemen LAB).
Modul Rotogravure, Ir. Syafiudin K.
Internet :  http// wapedia.mobi/id/Intaglio.
BUREAU OF ENGRAVING AND PRINTING, How money is made (youtube_FLV video) http//youtube.com.
How To Make Intaglio Plate (Youtube_FLV Video) http//youtube.com.



No comments:

Post a Comment